Bank of Japan mengumumkan rencana penjualan ETF dalam jumlah besar, yang paling cepat akan dimulai pada Januari tahun depan. Rencana ini melibatkan aset senilai hingga 83 triliun yen Jepang (sekitar 5340 miliar dolar AS), terdengar benar-benar mengesankan. Bagi investor kripto yang memperhatikan arus modal global, ini tentunya merupakan sinyal yang patut diperhatikan.
Namun ada satu detail yang mudah diabaikan—ini bukanlah "penjualan cepat", melainkan sebuah rencana penyesuaian aset jangka sangat panjang. Berdasarkan rencana spesifik yang diumumkan Bank of Japan pada bulan September, mereka berencana mengurangi kepemilikan secara bertahap dengan kecepatan sekitar 330 miliar yen per tahun berdasarkan nilai buku. Dengan ritmo ini, membutuhkan waktu 112 tahun untuk menyelesaikan semua penjualan ETF.
Mengapa harus selama itu? Bank of Japan jelas belajar dari pelajaran sejarah. Pada tahun 2021, mereka hanya mengubah arah pembelian ETF, dan hal itu menyebabkan indeks Nikkei jatuh sebanyak 6% selama empat hari perdagangan berturut-turut. Kali ini, mereka secara khusus memilih untuk memulai rencana ini di tengah kinerja pasar saham Jepang yang kuat tahun ini, untuk meminimalkan dampak pasar secara maksimal. Mereka bahkan merujuk pada pengalaman keluar secara stabil dari saham bank selama sepuluh tahun sebelumnya.
Dari sudut pandang pasar kripto, risiko sejati bukan terletak pada besarnya volume penjualan, melainkan pada reaksi pasar terhadap ekspektasi pengurangan likuiditas jangka panjang ini. Karakteristik likuiditas aset kripto menentukan sensitivitasnya terhadap aliran dana besar secara besar-besaran. Tekanan dana yang dapat diprediksi dan berlangsung ini bisa lebih mudah memicu efek berantai dibandingkan dengan penjualan besar mendadak. Trader kripto perlu memantau tren ini secara cermat, memahami potensi dampak perubahan likuiditas makro terhadap penilaian aset digital.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
8 Suka
Hadiah
8
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
DegenGambler
· 12-17 14:57
112 tahun? Bank Sentral Jepang ini sedang bermain perang psikologis ahaha
Lihat AsliBalas0
DuckFluff
· 12-16 09:44
112 tahun? Ketawa terbahak-bahak, kakek buyut saya bahkan tidak akan sempat selesai membersihkan.
Lihat AsliBalas0
NotFinancialAdvice
· 12-16 09:43
112 tahun? Haha Bank of Japan benar-benar bermain, seluruhnya secara perlahan-lahan melakukan penjualan besar-besaran
Lihat AsliBalas0
AirdropHermit
· 12-16 09:42
112 tahun? Tertawa terbahak-bahak, Bank of Japan ini sedang bermain catur 4D nih
Lihat AsliBalas0
MEVictim
· 12-16 09:42
112 tahun? Wah, benar-benar berdasarkan generasi untuk dilemparkan?
Bank of Japan mengumumkan rencana penjualan ETF dalam jumlah besar, yang paling cepat akan dimulai pada Januari tahun depan. Rencana ini melibatkan aset senilai hingga 83 triliun yen Jepang (sekitar 5340 miliar dolar AS), terdengar benar-benar mengesankan. Bagi investor kripto yang memperhatikan arus modal global, ini tentunya merupakan sinyal yang patut diperhatikan.
Namun ada satu detail yang mudah diabaikan—ini bukanlah "penjualan cepat", melainkan sebuah rencana penyesuaian aset jangka sangat panjang. Berdasarkan rencana spesifik yang diumumkan Bank of Japan pada bulan September, mereka berencana mengurangi kepemilikan secara bertahap dengan kecepatan sekitar 330 miliar yen per tahun berdasarkan nilai buku. Dengan ritmo ini, membutuhkan waktu 112 tahun untuk menyelesaikan semua penjualan ETF.
Mengapa harus selama itu? Bank of Japan jelas belajar dari pelajaran sejarah. Pada tahun 2021, mereka hanya mengubah arah pembelian ETF, dan hal itu menyebabkan indeks Nikkei jatuh sebanyak 6% selama empat hari perdagangan berturut-turut. Kali ini, mereka secara khusus memilih untuk memulai rencana ini di tengah kinerja pasar saham Jepang yang kuat tahun ini, untuk meminimalkan dampak pasar secara maksimal. Mereka bahkan merujuk pada pengalaman keluar secara stabil dari saham bank selama sepuluh tahun sebelumnya.
Dari sudut pandang pasar kripto, risiko sejati bukan terletak pada besarnya volume penjualan, melainkan pada reaksi pasar terhadap ekspektasi pengurangan likuiditas jangka panjang ini. Karakteristik likuiditas aset kripto menentukan sensitivitasnya terhadap aliran dana besar secara besar-besaran. Tekanan dana yang dapat diprediksi dan berlangsung ini bisa lebih mudah memicu efek berantai dibandingkan dengan penjualan besar mendadak. Trader kripto perlu memantau tren ini secara cermat, memahami potensi dampak perubahan likuiditas makro terhadap penilaian aset digital.