Pertanyaan yang menyentuh hati: kapan terakhir kali kamu benar-benar membaca seluruh ketentuan pengguna dari sebuah aplikasi atau situs web dari awal sampai akhir?

Sejujurnya, jawaban kebanyakan orang mungkin—tidak pernah. Saat kita masuk ke platform digital apa pun, secara kebiasaan kita hanya sekilas melihat sekumpulan syarat dan ketentuan yang padat, lalu jari kita cukup mengetuk "Setuju" dan selesai. Seolah-olah itu hanyalah langkah yang merepotkan dan tidak penting, bukan sebuah komitmen yang harus dipenuhi.

Sekarang coba ubah sudut pandang: saat kamu melihat pernyataan syarat dan ketentuan serupa di dokumen dari protokol atau aplikasi baru yang muncul, pernahkah terpikir—mengapa di dunia blockchain yang mengklaim "kode adalah hukum" ini, kita tetap menandatangani "perjanjian manusia" yang penuh celah dan hak perubahan sepihak?

Ini bukan soal merinci ketentuan hukum secara detail, tetapi menanyakan sebuah pertanyaan mendasar: apakah kita perlu merefleksikan kembali pemahaman kita tentang "kepercayaan"?

**Perangkap perjanjian platform tradisional**

Perjanjian pengguna layanan internet konvensional pada dasarnya adalah sebuah permainan yang tidak seimbang. Pihak platform memegang kendali, dengan hak "mengubah ketentuan kapan saja tanpa pemberitahuan sebelumnya", sementara kamu? Hakmu terbatas pada berhenti, menghapus aplikasi, atau beralih ke platform lain.

Jika ketentuan berubah merugikanmu? Maaf, kamu hampir tidak punya hak untuk menuntut. Bagaimana data kamu digunakan? Apakah mereka menghasilkan uang atau tidak, dan apakah layanan akan dihentikan? Kalau terjadi masalah, siapa yang bertanggung jawab? Semua pertanyaan inti ini tersembunyi di balik sekumpulan istilah hukum. "Saya setuju" dari kamu lebih tepat disebut sebagai paksaan untuk menyetujui daripada persetujuan yang sadar.

**Yang ingin diubah oleh blockchain, justru ini**

Komunitas Web3 sudah berteriak selama bertahun-tahun tentang "kode adalah hukum", inti dari tuntutan mereka adalah: mengubah perjanjian manusia yang kabur dan bisa diubah sesuka hati menjadi aturan di blockchain yang transparan dan tidak bisa diubah.

Smart contract tidak akan diam-diam mengubah ketentuan tanpa sepengetahuanmu. Setiap pembaruan perjanjian meninggalkan jejak di blockchain. Kamu bisa melihat, memverifikasi, dan memilih apakah mau terus berpartisipasi. Tidak lagi "saya yang memutuskan, kamu pasrah menerima", melainkan "aturan yang jelas, partisipasi yang sukarela".

Perubahan ini terdengar sederhana, tetapi memiliki makna yang sangat dalam—mengubah esensi hubungan kekuasaan secara fundamental.

**Tentu saja, jalan masih panjang**

Kita tidak perlu berpura-pura semuanya sudah sempurna. Faktanya, banyak logika di blockchain masih sangat kompleks dan membingungkan, risiko audit, celah di smart contract, dan masalah baru lainnya terus muncul. Tapi setidaknya arahnya sudah benar: beralih dari kotak hitam ke transparansi, dari kekuasaan sepihak ke dasar konsensus.

Lain kali kamu melihat pernyataan syarat dan ketentuan, mungkin kamu akan berpikir lebih dalam—struktur kepercayaan di baliknya, apakah benar-benar yang aku inginkan? Dalam dunia kripto, pemikiran aktif seperti ini mungkin adalah langkah pertama yang paling penting.